WELCOME WELCOME! :D

It's just me. Prila Nur Amalina who bring a lot of stories in her life to this blog. Joke, silly, love and some fiction will make you enjoy this blog. Chao!

Senin, 06 September 2010

Fanfic PG-17 -- My Sassy Girl Part. 2

My Sassy Girl Part. 2

***


Esoknya…


Eunhyuk ditemani Donghae berdiri di depan gerbang, dilewati orang-orang yang masuk ke kampus.


“Jessica?” tanya Donghae. Eunhyuk mengangguk keras.


“Lagi??” kata Donghae memutar matanya. “Urusin dulu tuh Jiyoon, baru boleh Jessica-Jessica-an!”


“Aah, berisik!” Eunhyuk menutup wajah Donghae dengan tangannya asal.


“Eh, eh, itu Jessica!” kata Eunhyuk antusias. Ia langsung pergi meninggalkan Donghae dan menghampiri Jessica.


“Jessica…”


“Oh, Eunhyuk-oppa! Hai!” Jessica melambai senang, ia tersenyum manis. Eunhyuk berusaha untuk tetap berada di alam nyata saat melihatnya.


“Ehm…”


“Oh ya, oppa, ada yang ingin kubicarakan denganmu…”


“Apa?” tanya Eunhyuk bersemangat.


“Tapi tidak disini…” kata Jessica memandangnya.


“Eh? Tidak disini?” tanya Eunhyuk. “Ya sudah. Kita pergi, yuk.” ajaknya.


“Benar?” Jessica menatapnya senang. Eunhyuk tersenyum.


“Ya! Hyuk! Kau mau kemana?” tanya Donghae heran. Ia curiga. Ia terus memandang setiap gerakan Jessica. Jessica tersenyum manis padanya, yang akhirnya dibalas Donghae dengan tipis.


“Aku ingin pergi… sampai nanti!” Eunhyuk pun pergi bersama Jessica, keluar dari gerbang diikuti pandangan mata Donghae yang tajam.


***


“Baiklah… Sebenarnya ada apa?” tanya Eunhyuk saat mereka berdua sudah duduk di kafe. Eunhyuk segera memesan dua buah cangkir Vanilla Latte untuknya dan untuk Jessica.


“Oppa…”


“Ada apa?”


“Aku ingin curhat.” Kata Jessica sambil menunduk.


“Curhat? Curhat apa?”


“Aku baru putus dengan pacarku kemarin sore…”


“Hah?” tanya Eunhyuk bengong. Dia sudah punya pacar? Tapi kenapa ia memutuskannya? Apa karena aku?


Jessica menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Suara rintihan terdengar pelan. Lalu airmatapun mengalir sedikit demi sedikit ke tangan yang menutupi wajahnya.


“Jessica… kau menangis?” tanya Eunhyuk perhatian.


Jessica lalu membuka tangannya, menunjukkan pipinya yang berlinang airmata. “Sakit…” keluhnya dengan suara sendu.


“Katakan apapun padaku, agar kau merasa lega. Ayo, bicaralah…”


“Selama kita berpacaran… ia selalu melakukan kekerasan padaku. Ini,” Jessica menyibak rambut pirangnya, memperlihatkan lehernya yang berwarna ungu, “Adalah buktinya.”


“Hah!?” Eunhyuk meneliti leher Jessica dengan seksama. Ia mengepalkan tangannya marah. “Itu yang ia lakukan padamu?”


“Aku mencoba melawan saat itu… aku katakan bahwa aku tidak ingin bersamanya lagi. Ia memutuskanku, tapi…” tangis Jessica mengeras, “Ia juga kembali memukulku di leher.”


“Ya ampun…” Eunhyuk menutup mulutnya dengan tangannya, tidak percaya. Jessica menatap Eunhyuk lama, lalu ia memegang kedua tangan Eunhyuk erat.


“Oppa…”


“Eh… ya?” Eunhyuk jadi salah tingkah. Pipinya memerah.


“Maukah kau…” kata Jessica pelan, “Menjadi penggantinya?”


“Mwo??” Eunhyuk melongo tak percaya. Jessica mempererat pegangan tangannya pada Eunhyuk.


“Maukah kau menjadi obat untuk penderitaanku? Untuk rasa sakit hatiku?”


“Eh…” Eunhyuk memalingkan muka. Ia lalu teringat akan Jiyoon, pacarnya.


Ia kasar, ia pemaksa, dan aku tidak mencintainya. Aku tidak mencintainya! Batin Eunhyuk mantap.


“Iya… aku menerimanya.” Kata Eunhyuk, tersenyum. Jessica tersenyum, tangisnya terhenti. Jessica menghapus airmata di pipinya, dan berkata, “Terima kasih, oppa!”. Jessica bahkan tidak mengungkit-ungkit pacar Eunhyuk, Yoobin. Mereka menikmati Vanilla Latte bersama dengan riang pagi itu.


“E—Eunhyuk?” seseorang yang melihat pemandangan itu dari luar kafe berkata tak percaya. Tanpa ia sadari, setitik airmata menetes di kedua pipinya.


“Jiyoon…” seseorang lagi di sebelahnya menepuk pundak Jiyoon pelan. Ia juga tidak tahu harus berkata apa. Jiyoon menunduk, menutup mulutnya dengan tangan kanannya.


Mian, Eunhyuk… batin Donghae sambil terus menepuk pundak Jiyoon prihatin.


***


Eunhyuk…


Jiyoon duduk sendirian di taman yang luas itu. Tentu saja sepi, hari sudah malam. Jiyoon mengusap kedua pipinya pelan. Rambut pendeknya yang halus kini tampak sedikit berantakan. Ia mengebelakangkan poninya terus-terusan. Ia menunggu seseorang.


“Jiyoon?” kata Eunhyuk, menghampiri Jiyoon. “Menunggu lama?”


Jiyoon menatapnya lama. Ia berdiri berhadapan dengan Eunhyuk. Jarak antara keduanya amat dekat.


“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Eunhyuk heran. Atau jangan-jangan…


PLAKK! Jiyoon tidak berkata apa-apa. Ia hanya menampar dengan sangat, sangat keras pipi Eunhyuk.


“Jiyoon!?” seru Eunhyuk memegang pipi kanannya. Ia belum pernah merasakan tamparan sekeras ini dari pacarnya itu, sekejam apapun Jiyoon. Ia merasakan amarah yang teramat sangat dari tamparannya itu.


“EUNHYUUK!” Jiyoon memukul-mukul dada Eunhyuk marah. Bukan pukulan biasanya, kali ini pukulannya tampak seperti cewek biasa. Lemah. Mungkin ia sangat tertekan dengan keadaan ini, hingga membuatnya menjadi lemah.


“Hei! Hei!!” Eunhyuk segera mencengkeram kedua tangan Jiyoon. “Kau…”


“Apa yang kau lakukan di kafe tadi pagi!?” Teriak Jiyoon emosi. Ia terus-menerus berusaha melepaskan tangannya dari Eunhyuk, namun Eunhyuk tetap mencengkeramnya.


“Tadi pagi…” Eunhyuk tidak melanjutkan kata-katanya.


“Kau bersama Jessica, ya kan!? Itu kan jawabanmu!?” teriak Jiyoon lagi. Tangisnya bertambah deras. Ia tak bisa menahan semua beban yang ada di hatinya. Ia sudah tidak bisa menahan sesak di dadanya. Eunhyuk menunduk, ia melepaskan cengkeramannya pada Jiyoon.


“Jiyoon, mian…” kata Eunhyuk lemas, “Tapi aku tidak mencintaimu.”


JLEB! Dada Jiyoon bertambah sesak mendengar kalimat pendek itu.


“Kita putus.”


Eunhyuk lalu berjalan pergi menjauhi Jiyoon, meninggalkan angin malam membekukan hati Jiyoon.


***


Eunhyuk berjalan gontai menjauhi taman. Ia menoleh sekali lagi. Taman masih kelihatan dari sini. Jiyoon berdiri sendiri, menunduk, tangannya menutupi wajahnya. Sepertinya ia sedang menangis sesenggukan, tampak dari kedua bahunya yang bergerak naik-turun.


Eunhyuk mengeluarkan nafas panjang. Ia kembali menatap jalanan sepi. Ia telah memutuskan seorang cewek yang telah sebelas bulan lebih ia pacari, tanpa cinta. Ia telah menyakiti hati Jiyoon. Ia telah membuat Jeon Jiyoon, cewek tomboy yang tangguh, preman kampus yang ditakuti, meneteskan airmata kesedihannya. Sungguh kejam.


Eunhyuk lalu mengeluarkan sekotak rokok dari saku celananya. Eunhyuk tidak pernah merokok sebelumnya. Ia juga mengeluarkan korek api. Ia menyalakan api dari korek itu, lalu mengenakannya pada puntung rokok.


“Fiuuh…” ia menghisap rokok lalu menghempaskannya lewat mulut. Agak tidak menyenangkan baginya untuk merokok, namun ia menghisap sampai habis, untuk menghibur dirinya.


Niit niit! Telepon genggam Eunhyuk berbunyi. Ia mengeluarkan teleponnya dari saku celana yang satunya lagi, lalu membaca nama peneleponnya.


Jessica.


Eunhyuk mengangkat telepon dari pacar barunya itu. “Yoboseyo!” kata Eunhyuk, berusaha terdengar senang. Ia membuang puntung rokoknya ke jalan lalu menginjak-injaknya.


“Yoboseyo, jagiya!” Balas Jessica riang. “Oppa, kau ada dimana?”


“Aku…” jawab Eunhyuk, memandang sekeliling. Sepi. “Aku di rumah. Ada apa?”


“Oh… besok malam kencan yuk?” ajak Jessica tiba-tiba. Eunhyuk kaget.


“HAH!?”


“Loh? Apa itu salah, oppa?” tanya Jessica sedih.


“Eh, maaf! Aku kelepasan…” kata Eunhyuk sambil terus berjalan. “Iya, iya! Besok malam kan? Dimana?”


“Hmm…” Jessica berpikir sejenak. “Di bar, ya?”


Eunhyuk melongo. Ia kembali melihat layar teleponnya. Ini beneran Jessica, bukan sih!?


“Bar? Kau yakin? Apa tidak ada tempat lain?”


“Kau tidak mau ya?”


“Eh, tidak… tentu saja aku mau. Oke, aku setuju.” Kata Eunhyuk mengiyakan, sedikit ragu-ragu.


“Oke deh! Sampai besok malam ya! Besok aku tak akan masuk… Bye!”


“Bye…” dan sambungan telepon pun terputus.


***


“MWOO??” Donghae berseru tidak percaya. Mereka berdua sedang ada di kantin kampus yang masih agak sepi karena masih pagi.


“Sst!” Eunhyuk menutup mulut Donghae cepat. “Pelan-pelan aja kagetnya!”


“Iya deh…” Donghae terdiam. “Tapi kau benar-benar sudah pacaran sama Jessica??”


Eunhyuk menganggup senang. “Dan… sesuai anjuranmu, aku sudah memutuskan Jiyoon!”


Donghae melongo. “Jinjja?”


“Sumpah! Ah… sekarang aku sudah lega. Aku sudah tidak berhubungan dengan Jiyoon lagi, dan aku sudah mendapatkan cewek yang aku cintai!”


“Tapi, Hyuk…” Donghae berkata ragu-ragu, “Aku… curiga deh sama Jessica.”


“Hah? Curiga gimana?” Eunhyuk menoleh.


“Gimana ya… Aku cuma punya insting yang nggak enak sama Jessica. Kayak ada sesuatu yang… akan membahayakan kamu.”


“Maksud kamu apa sih?” tanya Eunhyuk kesal.


“Ya… aku cuma ngingetin kamu aja. Karena biasanya insting seorang sahabat selalu benar. Insting aku, Jessica itu… berbahaya.”


Eunhyuk berdiri, menghadap Donghae. “Tentu saja insting itu nggak akan berfungsi buat aku. Karena kamu bukan sahabat aku lagi sekarang.”


“Apa??”


“Aku tau. Kamu bilang gini karena cemburu kan?” Eunhyuk melipat tangannya, “Kamu pernah bilang kalo Jessica cantik, dan kamu pengen Jessica jadi milik kamu aja. Iya kan? Kamu gak suka aku sama Jessica pacaran. Jadi kamu berusaha mempengaruhi aku biar putus ama Jessica, dan kamu bisa nembak dia. Kamu… bukan sahabat aku lagi.”


“Hyuk!” Donghae berkata emosi. Ia berdiri, hendak menonjok Eunhyuk. Namun Eunhyk langsung menahannya dengan tangannya. “Kamu nggak bisa ngebodohin aku, Hae.”


Lalu Eunhyuk pergi meninggalkan Donghae yang emosi, keluar gerbang untuk membolos.


***


Jiyoon memegang sebuah bingkai foto kecil berwarna coklat. Di dalamnya terpajang foto dirinya dan mantan pacarnya, Eunhyuk. Jiyoon tampak sangat ceria, sedangkan Eunhyuk malah tampak kesal. Foto ini difoto oleh Donghae, saat mereka masih baru-baru pacaran.


Jiyoon mengangkat bingkai foto itu dari meja belajarnya, lalu mendekapnya dengan erat. Ia tak mengucapkan apa-apa. Matanya yang mulai membengkak meneteskan airmata lagi untuk yang kesekian kalinya. Ia tak tahu mengapa ia bisa mencintai pria bodoh seperti Eunhyuk. Walaupun Jiyoon kelihatan sangat tidak terurus, namun IQ-nya jauh lebih tinggi dibanding Eunhyuk.


Tok! Tok! Ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia segera mengusap airmatanya, meletakkan bingkai fotonya ke atas meja, lalu berkata, “Masuk!”


Pintu terbuka. Pembantunya masuk ke kamarnya. “Nona, ada yang ingin bertemu dengan nona…” lapornya.


Jiyoon bertanya, “Siapa?”


“Tidak tahu…”


Jiyoon lalu segera beranjak dari sofa dan pergi menuruni tangga menuju pintu depan. Ia lalu membuka pintunya.


“Donghae?” Di hadapannya Donghae menatapnya.


“Annyeong.” sapa Donghae pendek. Ia menatap kedua mata Jiyoon yang bengkak habis menangis semalaman. Sifat Jiyoon berbeda. Biasanya Jiyoon menyapanya duluan dan merangkulnya dengan paksa, namun sekarang tidak.


“Annyeong…” Jiyoon melambai kecil, berusaha tersenyum, “ Ada apa?”


“Eh, ini…” Donghae mengambil koran dari dalam tas kuliahnya, “Koran pagi.” katanya aneh.


“Hah? Ada apa dengan koran pagi?” tanya Jiyoon bingung.


“Maksudku isinya… ada berita yang tidak menyenangkan. Sepertinya berkaitan dengan…” Donghae tidak berani menyebutkan namanya, takut Jiyoon menangis lagi.


“Dengan siapa? Aku?”


“Bukan… Eunhyuk.” Jawab Donghae pelan.


Jiyoon hanya memandangnya tak percaya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar