WELCOME WELCOME! :D

It's just me. Prila Nur Amalina who bring a lot of stories in her life to this blog. Joke, silly, love and some fiction will make you enjoy this blog. Chao!

Rabu, 08 September 2010

Fanfic PG-17 -- My Sassy Girl Part. 4 (End)

“Donghae, sudah lebih dari lima bar kita hampiri. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau Jessica dan Eunhyuk berada di sana!” Jiyoon mulai panik.

“Tenanglah… Masih ada satu bar lagi.” Kata Donghae.

Mereka akhirnya sampai di bar terakhir dari seluruh bar yang ada di Seoul.

“Kau yakin kali ini mereka ada?”

“Yakin banget.” Ucap Donghae mantap. Mereka lalu melangkah memasuki bar itu.

“Mau pesan apa?” tanya sang pelayan.

“Oh, tidak, tidak… saya hanya ingin bertanya sesuatu.”

“Ada apa?”

“Apa kah kamu melihat sepasang laki-laki dan perempuan yang ke sini? Yang perempuan, rambutnya pirang… dan yang laki-laki, ia agak pendek, dan matanya sangat sipit juga sangat kurus.” tanya Jiyoon panjang lebar.

“Ehmm, tunggu…” pikir pelayan sejenak. “Sepertinya saya melihatnya. Mereka berdua memesan wine yang memenuhi gelas…”

“Penuh?” tanya Donghae heran.

“Iya. Laki-laki itu mabuk, lalu dibawa pergi oleh perempuannya…”

“Dibawa pergi??” seru mereka bersamaan. “Ke arah mana?!” tanya Jiyoon.

“Ke arah… Seoul Hotel. Jaraknya sangat dekat dari sini…”

***

Jessica menyampingkan tubuhnya, menghadap ke arah Eunhyuk tertidur.

“Lee Hyukjae…” katanya pelan. “Kau lebih menarik dari korban-korbanku yang terdahuli, kau tahu. Yah, aku tahu kau bodoh. Namun, ternyata tampangmu oke juga.” Gumamnya pelan seraya mengusap-usap dengan lembut pipi Eunhyuk.

“Ya, ya, aku tahu… menahanmu di hotel ini memang tidak termasuk dalam rencana. Tapi, setelah aku melihatmu tertidur,” ia lalu menggerakkan jari-jarinya di atas dada Eunhyuk, “kau terlihat imut.”

Jessica menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Eunhyuk. Kini jarak tubuh mereka mungkin hanya dua sentimeter. Ia bangun lalu menghimpit pinggang Eunhyuk dengan kedua pahanya. Kini posisi Eunhyuk berada di bawah dan Jessica menindih perutnya. Ia mengelus dada Eunhyuk yang bidang itu. Jessica mengangkat dagu Eunhyuk dan segera mencium bibir Eunhyuk lama. Ia memeluk kepala Eunhyuk erat sementara lidahnya sudah jauh menerobos ke dalam mulut Eunhyuk. Jessica menikmati permainan lidahnya terhadap Eunhyuk sementara Eunhyuk masih terlelap, tidak tahu apa-apa.

BRAKK!! Pintu kamar hotel yang ditempati oleh mereka berdua terbuka. Muncullah sesosok perempuan berambut pendek berdiri.

Jessica sedikit kaget, namun ia hanya melepaskan lidahnya dari mulut Eunhyuk. Badannya masih di atas Eunhyuk. Jessica mengusap bibirnya.

Jiyoon yang melihat kejadian itu: Jessica yang berada di atas tubuh Eunhyuk, Jessica yang tadi sedang sibuk menciumi Eunhyuk, sebenarnya ingin menangis sekencang-kencangnya. Beraninya Jessica mempermainkan Eunhyuk yang tak berdaya. Namun ia meguatkan hatinya dan tetap mencoba untuk dingin.

“Oh, kau rupanya,” Jessica menatap pintu yang tadi dibuka paksa oleh Jiyoon, “kaki yang kuat.” perlahan ia berdiri dan turun dari ranjang.

“Terima kasih.” kata Jiyoon datar. Ia melirik sedikit ke arah Eunhyuk yang tertidur dengan jaketnya telah dilepas. Ia lalu memandang Jessica yang baju atasannya hanya tank-top yang memperlihatkan setengah perutnya. Jiyoon tersenyum sinis. Genit.

“Ada perlu apa kesini? Oh, aku tahu… ingin membawa dia pulang?” Jessica menunjuk ke arah Eunhyuk. Jiyoon kembali tersenyum. Ia melangkah mendekati Jessica, begitu juga Jessica yang terus maju menghadap Jiyoon. Jarak antara keduanya semakin mendekat. “Kalau saja kau tidak datang lebih dulu mungkin sekarang aku sedang asyik menodainya.”

“Pertama, aku ingin menghabisimu.”

Jiyoon segera meninju pipi Jessica dengan amat keras, membuat Jessica terjatuh. Lalu Jiyoon menendang keras bagian paha Jessica.

“Aargh!”

Jessica berdiri. Ia segera menendang bagian perut Jiyoon, sehingga Jiyoon terpental hingga ke ujung kamar. Tak ada artikel di koran manapun yang menjelaskan bahwa Jessica adalah mantan guru Taekwondo.

Punggung Jiyoon serasa mau patah saking sakitnya. Ia mengerang kesakitan. Namun ia berdiri lagi, berlari, lalu menonjok perut Jessica hingga ia terjatuh lagi. Tidak ada pula satu orangpun yang menjelaskan bahwa Jiyoon pernah mengalahkan ahli Taekwondo.

Jessica tidak dapat berdiri dengan cepat. Lehernya pun segera ditahan oleh Jiyoon.

Jiyoon bersiap meninju Jessica, ketika suara seseorang melemahkannya.

“Jiyoon? Jessica?” Eunhyuk yang baru bangun berkata dengan bingung. Ia memegang-megang kepalanya. “Mengapa bibirku basah sekali?” ia bergumam sambil mengusap bibirnya.

“Eun…hyuk?” Jiyoon menatapnya. Cengkeramannya melemah, sehingga menjadi kesempatan bagi Jessica untuk menyerang balik.

“HYAA!” Jessica langsung menendang perut Jiyoon hingga terpental. Ia lalu menarik tubuh Eunhyuk yang masih bingung, dan merangkulkan tangan Jessica ke leher Eunhyuk.

“Jessica…?”

“Jangan mendekat, atau ia akan mati!!” Jessica mengeluarkan sebuah pistol, lalu menyentuhnya ke kepala Eunhyuk. Eunhyuk yang menyadarinya segera berteriak.

“Jiyoon! Jiyoon!” teriaknya seperti anak kecil.

Dengkul Jiyoon melemas, kepalanya menunduk. Ia jatuh terduduk, lalu memegang kepalanya yang pusing. Airmatanya jatuh ke lantai berlapis karpet dari bulu domba itu.. Eunhyuk menatapnya lama.

Jiyoon memandang Jessica lemah. “Jessica…” katanya pelan, “Tolong lepaskan Eunhyuk…”

Jessica masih menyentuhkan pistolnya ke kepala Eunhyuk, memasang tampang sadis.

Airmata membanjiri kedua pipi Jiyoon. Ia memegang keras bulu karpet itu.

Jiyoon berdiri. ia melangkah sedikit demi sedikit ke arah dua orang itu, sementara Jessica juga memundurkan langkahnya beberapa langkah, hingga mentok ke pojok kamar.

Jiyoon menatap Eunhyuk lama. Sekarang bukan tatapan cinta atau lain sebagainya, sedangkan tatapan suruhan, seakan mengatakan bahwa Eunhyuk harus melakukan sesuatu. Eunhyuk menatapnya bingung, seperti bertanya, “Apa yang harus kulakukan?”

Jiyoon lalu memandang ke arah perut Jessica yang setengah terbuka. Ia lalu memandang ke arah Eunhyuk lagi, seakan berkata, “Mengerti?”

Eunhyuk tersenyum tipis, lalu terdiam. Menunggu saat yang tepat.

“Jessica…” mohon Jiyoon. Tatapannya memelas. “Tolong lepaskan Eunhyuk…”

Jessica mencibir. “Kalau tidak, apa yang akan kaulakukan?”

Tiba-tiba Jiyoon tersenyum, membuat Jessica bingung. “Menghabisimu.”

Jessica yang bingung akan sikap Jiyoon tanpa sadar telah mengendurkan cengkeramannya.

“Eunhyuk!” perintah Jiyoon keras. Eunhyuk tersenyum. Ia lalu segera memukul perut Jessica dengan sikunya.

“Arrgh!” Jessica melepas cengkeramannya. Ia mengerang kesakitan, berjalan mundur ke belakang. Ternyata perut memang kelemahannya.

Eunhyuk berlari ke arah Jiyoon. Mereka terdiam, menatap mata mereka satu sama lain.

“Kalian bodoh.”

Eunhyuk dan Jiyoon menoleh. Di depan mereka, Jessica berdiri sambil menodongkan pistolnya ke arah mereka. Refleks, Jiyoon langsung berjalan satu langkah ke depan. Tangannya memegang tangan Eunhyuk yang ada di belakangnya. Ia melindungi Eunhyuk.

“Jiyoon!” seru Eunhyuk.

“Sst! Kau diam saja!”

Jiyoon berjalan berputar sambil terus menghadap Jessica, begitu juga Jessica. Sehingga sekarang posisi mereka bertukar. Jiyoon dan Eunhyuk ada di ujung kamar dan Jessica berada di dekat pintu kamar.

“Penculikanku sekarang tidak berjalan sempurna…” kata Jessica, masih menodongkan pistolnya, “Karenamu, Jeon Jiyoon.”

“Terima kasih.” jawab Jiyoon singkat. Ia mempererat pegangan tangannya pada Eunhyuk. Jessica mencibir.

“Karena itu aku akan membunuhmu lebih dulu.”

Jiyoon tiba-tiba tertawa melihat apa yang ada di belakang Jessica. Dengan cepat ia berkata, “Coba saja.”

Jessica sudah bersiap-siap melepaskan pelurunya ke arah Jiyoon ketika seseorang mendorong lehernya ke lantai dan membuat Jessica terjatuh.

“Aargh!”

“Jangan bergerak!” seru polisi itu. Ia mengebelakangkan kedua tangan Jessica lalu memborgolnya, sementara Jessica berteriak-teriak tidak jelas. Polisi itu lalu menarik Jessica keluar kamar. Sebelum keluar, polisi itu berterimakasih kepada Donghae yang berada di ambang pintu kamar. Sebelum keluar kamar juga, Jessica sempat melihat ke arah Eunhyuk. Ia tersenyum pada Eunhyuk, sementara Eunhyuk hanya terdiam.

“Terima kasih untuk malam ini, Hyuk.”

“Hah??” Eunhyuk bengong.

Saat semua polisi telah keluar, Donghae berlari ke arah Jiyoon dan Eunhyuk. “Kalian tidak apa-apa?”

Mereka berdua menggelengkan kepala. Mereka lalu berhadapan, saling menatap satu sama lain.

“Semua telah berakhir, Hyuk…”

“Karena kau…” Eunhyuk menoleh ke Donghae, “dan dia.” Jiyoon tersenyum.

“Terima kasih…” kata Eunhyuk tulus.

“Eunhyuk…” Jiyoon berkata ragu-ragu. Namun keraguan itu segera dibalas oleh Eunhyuk. Dengan kecupan di bibirnya. Jiyoon memandangnya tak percaya, namun akhirnya ia membalasnya.

“Jeon Jiyoon,” Eunhyuk berkata, berlutut di depan Jiyoon, “Maukah… kau bersamaku lagi?” lanjutnya, mengecup tangan Jiyoon. Jiyoon meneteskan airmatanya.

“Ya…”

-The End

***

Gimana gimana? Mian banget ya kalo gaje alias gajelas alias amburadul alias ambruk alias... ?dibekep
Komen okeh? Gomawo! :D

Selasa, 07 September 2010

Fanfic PG-17 -- My Sassy Girl Part. 3

***

“Eunhyuk?”

“Aku tidak begitu yakin, tapi…” Donghae berkata, menelan ludah, “Firasatku mengatakan seperti itu.”

Jiyoon membaca halaman utama koran pagi itu. Disana tertulis besar-besar, “Kasus Penculikan 3 Anak Orang Kaya, Dilakukan Oleh Seorang Gadis”

Dada Jiyoon kembali sesak. Tapi ia harus melupakan Eunhyuk… ia tidak bisa membantu Donghae.

“Donghae, maaf...” Jiyoon menunduk, siap menutup pintu yang lalu segera ditahan oleh Donghae.

“Jiyoon, tolong!” Donghae memohon pada Jiyoon. Tatapan matanya sangat dalam. “Demi Eunhyuk…”

“Tapi ia memutuskanku begitu saja, Donghae!” Jiyoon meneteskan airmatanya. “Untuk apa aku menyelamatkan orang yang telah menyakitiku?”

“Jiyoon…” Donghae mengusap airmata Jiyoon. “Kau mencintainya, kan?”

Jiyoon menunduk. “Iya...” bagaimanapun, sesakit apapun hatinya karena Eunhyuk, perasaannya terhadap Eunhyuk tidak pernah berubah sedikitpun.

“Jadi… apa yang akan kaulakukan?”

“Malam ini mereka akan berkencan.”

“Dimana?”

“Di bar.”

“Apa!?”

Donghae segera menerobos tubuh Jiyoon, masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi. “Tidak ada waktu.” katanya, lalu menarik tangan Jiyoon menaiki tangga.

Donghae memasuki kamar Jiyoon dengan cepat. “Hmm.. kamar yang lumayan keren.”

“Apa yang akan kau lakukan disini!?” tanya Jiyoon.

“Maaf, Jiyoon, tapi aku harus cepat.” Donghae lalu dengan cepat menyalakan laptop Jiyoon.

Ia meng-klik ikon Mozilla Firefox, lalu mengetik alamat situs resmi kepolisian Korea.

“Apa yang kaulakukan?” tanya Jiyoon heran.

“Aku akan menyelidiki siapa Jessica sebenarnya.” Kata Donghae pendek.

“Apa??”

Ia mengetik nama “Jessica Jung” dalam daftar data pelaku kejahatan. Tidak lama kemudian muncullah satu nama: Jung Soo Yeon (a.k.a. Jessica Jung). Disitu juga terpampang foto Jessica, pacar baru Eunhyuk, terlihat sedang berusaha menculik seorang laki-laki yang kelihatan mabuk. Bajunya serba hitam.

Jiyoon menutup mulutnya. Donghae terbelalak.

“Jessica??” seru mereka bersamaan.

“Jadi…?” Jiyoon tidak melanjutkan kata-katanya.

Donghae lalu meng-klik foto itu, dan muncullah satu artikel pendek tentang Jessica:

Jung Soo Yeon a.k.a. Jessica Jung; Penculik Cantik yang Sadis

Jung Soo Yeon, atau yang dikenal dengan nama Jessica Jung, merupakan seorang penculik sekaligus pembunuh berdarah dingin yang terkenal dengan cara menculiknya. Ia menculik korbannya dengan cara yang tidak biasa. Orang-orang yang menjadi korbannya adalah orang-orang kaya.

“Orang kaya? Lalu bagaimana bisa Eunhyuk diculik? Eunhyuk kan tidak kaya!” kata Jiyoon tidak percaya.

“Hei, don’t look the book from the cover!” kata Donghae. “Jangan salah menilai. Bapak Eunhyuk merupakan donatur terbesar di kampus kita. Sebab itulah ia diterima di Kyunghee University dengan IQ serendah itu.”

Jiyoon melongo mendengar perkataan Donghae. Ia tidak percaya Eunhyuk sekaya itu.

“Namun, masalahnya, kedua orangtua Eunhyuk sedang ke luar kota. Aku takut, nyawa Eunhyuk tidak dapat tertolong lagi karena orangtuanya tidak bisa dengan cepat datang ke Korea.”

Mata Jiyoon langsung berkaca-kaca.

Cara Jessica mendapatkan korbannya adalah dengan menarik hati korban dengan wajah dan bentuk tubuhnya yang indah, lalu segera memacari korban. Di malam penculikan, Jessica mengajak korban kencan sampai korban mabuk. Jessica lalu akan menculiknya dan meminta tebusan yang teramat mahal, jika tidak korban akan dibunuh, dan jasadnya akan dibuang di jalanan. Sampai saat ini tiga korban penculikan Jessica sudah ditemukan tidak bernyawa di tiga jalanan yang berbeda.

“Tidak. EUNHYUK!” Jiyoon berteriak setelah membaca artikel itu. Eunhyuk akan dibunuh… Jiyoon tidak kuat memikirkannya.

“Jiyoon…” Donghae menarik tangannya. “Sudah tak ada waktu untuk menangis. Sekarang, kita berdua akan menjalankan misiku.”

***

Hari ini Eunhyuk tampak sangat tampan dengan jeans hitam, kaus u can see, jaket kulit berwarna hitam, dan sepatu sneakers berwarna hitam. Ia telah menunggu Jessica selama setengah jam lamanya, di bar, tempat yang terasa sangat asing baginya. Orang-orang yang ada di sini terlihat mabuk. Semuanya tertawa lepas tanpa beban. Mata mereka tidak fokus.

“Menunggu lama?” Eunhyuk menoleh ke belakang. Jessica.

“Eh… lumayan.” Eunhyuk menjawab sambil menatap tubuh Jessica dari bawah ke atas. Sangat berbeda dari yang ia kenal. Ia memakai celana hitam ketat, tank-top berwarna silver yang memperlihatkan setengah perutnya, jaket berwarna hitam tanpa kancing, dan sepatu stiletto dengan hak 7 sentimeter. Gotik, tetapi tetap cantik dan menarik. Ia tersenyum manis.

Jessica duduk di bangku di sebelah Eunhyuk lalu memesan dua gelas wine. Eunhyuk menatapnya heran.

“Wine? Untuk siapa?”

“Tentu saja untuk kita berdua.” Jessica tersenyum. Kalau sudah melihat senyuman Jessica, Eunhyuk tidak bisa melawan apapun yang ia inginkan. Iapun mengangguk.

Pelayan akhirnya menyerahkan dua gelas wine yang, tidak biasanya, gelasnya diisi penuh.

“Mengapa gelasnya penuh?” tanya Eunhyuk bingung.

“Makin banyak makin baik.” Jessica menjelaskan, tertawa kecil. Eunhyuk mengangguk bodoh.

“Nah, sekarang,” Jessica mengangkat tangan Eunhyuk yang memegang wine. Ia juga mengangkat tangannya yang memegang wine. “Mari bersulang!” Jessica menyentuhkan wine-nya ke wine Eunhyuk, diikuti oleh Eunhyuk dengan kikuk.

“Ayo minum sampai habis!” Jessica meminum wine-nya, sambil melirik Eunhyuk yang awalnya ragu, tapi akhirnya dengan cepat menenggak alkohol itu sampai habis.

Jessica menurunkan gelasnya dari mulutnya. Ia tidak meminum minuman itu. Dipandanginya Eunhyuk yang pandangan matanya mulai tidak fokus.

“Jessica… ohok! Jessica…” panggil Eunhyuk sambil terus-menerus cegukan. Jessica tersenyum.

“Kau capek ya?” tanya Jessica, wajahnya mendekat pada wajah Eunhyuk. Mata Eunhyuk menyipit melihat Jessica dari dekat. Ia lalu mengangguk, dan cegukan lagi. Tak lama kemudian ia sudah tertidur pulas di atas meja bar.

Jessica berdiri. Ia mengangkat badan Eunhyuk dari meja bar. Ia lalu melingkarkan tangan Eunhyuk ke pundaknya, dan berjalan keluar bar dengan kepala Eunhyuk yang tertidur bersandar ke pundaknya.

***

Mau kemana kita sebenarnya, Donghae?” Jiyoon bertanya. Mereka sedang berada di dalam mobil Donghae. Donghae menyetir dan Jiyoon duduk di sebelahnya. Keduanya menunjukkan rasa gelisah.

“Ini,” kata Donghae seraya menyerahkan sebuah buku panduan kota Seoul dari laci mobil, “Adalah buku panduan. Kita akan menghampiri semua bar yang alamatnya terdaftar di sana. Jessica dan Eunhyuk pasti ada di salah satunya.”

Jiyoon membuka-buka halam buku itu dengan cepat. “Oke. Bar pertama... Melody Bar.”

“Oh. Aku tahu tempatnya.”

Jiyoon menatap Donghae lama. Donghae yang sadar akan tatapannya langsung menoleh.

“Ap—apa, Jiyoon?” tanya Donghae.

“Donghae… apa Eunhyuk baik-baik saja sekarang?”

“Aku tidak begitu yakin…” Donghae berkata sambil terus menghadap ke jalanan. Hingga ia sadar kalau kata-kata itu terlalu jujur. Ia telah membuat hati Jiyoon kembali ragu.

“Eh, maksudku…” Donghae salah tingkah melihat Jiyoon yang kembali menangis. Sekarang ini Jiyoon jadi cengeng dan lebih sensitif.

“Ji—Jiyoon…” Donghae mengelus rambut Jiyoon pelan, mencoba menenangkannya.

“Aku takut…” rintih Jiyoon, memegang bagian jantungnya dengan tangannya. “Aku takut…”

“Ya, aku tau…” kata Donghae perhatian.

“Kupikir…”

“Apa?” tanya Jiyoon.

“Kupikir Eunhyuk salah tidak mencintaimu.” Kata Donghae menerawang ke jalanan yang sepi, “Kau memang berbeda dari cewek lainnya. Kau sangat setia.”

Jiyoon tersenyum tipis, ia menghapus airmatanya. “Terima kasih…”

***

Jessica membawa Eunhyuk ke hotel dekat bar tempat Eunhyuk mabuk tadi. Ia memesan satu kamar di hotel itu.

“Huh…” Jessica membuka pintu kamar sambil terus membawa Eunhyuk, dan menyalakan lampu kamar. Ia segera merebahkan badan Eunhyuk yang tertidur pulas di pundaknya ke ranjang yang ada di kamar itu. Jessica memandang Eunhyuk letih.

“Kau lebih berat dari yang kukira…” keluhnya capek. Ia menutup pintu kamar.

Dipandanginya tubuh Eunhyuk yang tidur terlentang di kasur, dari bawah ke atas. “Kau berbeda, Hyuk. Aku juga tak tahu mengapa.” gumamnya. Ia lalu melepas jaketnya dan menaruhnya di meja. Sekarang yang ia kenakan hanya celana ketat dan tank-top yang memperlihatkan setengah perutnya itu.

“Kau berkeringat,” kata Jessica pada Eunhyuk, “Sini, biar kubuka jaketmu.” Lanjutnya sambil tersenyum. Ia lalu membuka jaket kulit Eunhyuk. Lalu terlihatlah kedua lengan Eunhyuk yang berotot.

“Wow,” kata Jessica, sedikit kaget. “Tak kusangka.”

Tanpa ragu-ragu ia pun merebahkan dirinya di sebelah Eunhyuk yang tertidur pulas.

“Hoamm…” Jessica menguap. “Aku ngantuk. Tapi aku harus menyelesaikan ini semua, malam ini juga.”

***

Yaelah sori sori part 3-nya kepanjangan jadi harus sampe part 4 deh ha ha -_- komen yawks :D

Senin, 06 September 2010

Fanfic PG-17 -- My Sassy Girl Part. 2

My Sassy Girl Part. 2

***


Esoknya…


Eunhyuk ditemani Donghae berdiri di depan gerbang, dilewati orang-orang yang masuk ke kampus.


“Jessica?” tanya Donghae. Eunhyuk mengangguk keras.


“Lagi??” kata Donghae memutar matanya. “Urusin dulu tuh Jiyoon, baru boleh Jessica-Jessica-an!”


“Aah, berisik!” Eunhyuk menutup wajah Donghae dengan tangannya asal.


“Eh, eh, itu Jessica!” kata Eunhyuk antusias. Ia langsung pergi meninggalkan Donghae dan menghampiri Jessica.


“Jessica…”


“Oh, Eunhyuk-oppa! Hai!” Jessica melambai senang, ia tersenyum manis. Eunhyuk berusaha untuk tetap berada di alam nyata saat melihatnya.


“Ehm…”


“Oh ya, oppa, ada yang ingin kubicarakan denganmu…”


“Apa?” tanya Eunhyuk bersemangat.


“Tapi tidak disini…” kata Jessica memandangnya.


“Eh? Tidak disini?” tanya Eunhyuk. “Ya sudah. Kita pergi, yuk.” ajaknya.


“Benar?” Jessica menatapnya senang. Eunhyuk tersenyum.


“Ya! Hyuk! Kau mau kemana?” tanya Donghae heran. Ia curiga. Ia terus memandang setiap gerakan Jessica. Jessica tersenyum manis padanya, yang akhirnya dibalas Donghae dengan tipis.


“Aku ingin pergi… sampai nanti!” Eunhyuk pun pergi bersama Jessica, keluar dari gerbang diikuti pandangan mata Donghae yang tajam.


***


“Baiklah… Sebenarnya ada apa?” tanya Eunhyuk saat mereka berdua sudah duduk di kafe. Eunhyuk segera memesan dua buah cangkir Vanilla Latte untuknya dan untuk Jessica.


“Oppa…”


“Ada apa?”


“Aku ingin curhat.” Kata Jessica sambil menunduk.


“Curhat? Curhat apa?”


“Aku baru putus dengan pacarku kemarin sore…”


“Hah?” tanya Eunhyuk bengong. Dia sudah punya pacar? Tapi kenapa ia memutuskannya? Apa karena aku?


Jessica menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Suara rintihan terdengar pelan. Lalu airmatapun mengalir sedikit demi sedikit ke tangan yang menutupi wajahnya.


“Jessica… kau menangis?” tanya Eunhyuk perhatian.


Jessica lalu membuka tangannya, menunjukkan pipinya yang berlinang airmata. “Sakit…” keluhnya dengan suara sendu.


“Katakan apapun padaku, agar kau merasa lega. Ayo, bicaralah…”


“Selama kita berpacaran… ia selalu melakukan kekerasan padaku. Ini,” Jessica menyibak rambut pirangnya, memperlihatkan lehernya yang berwarna ungu, “Adalah buktinya.”


“Hah!?” Eunhyuk meneliti leher Jessica dengan seksama. Ia mengepalkan tangannya marah. “Itu yang ia lakukan padamu?”


“Aku mencoba melawan saat itu… aku katakan bahwa aku tidak ingin bersamanya lagi. Ia memutuskanku, tapi…” tangis Jessica mengeras, “Ia juga kembali memukulku di leher.”


“Ya ampun…” Eunhyuk menutup mulutnya dengan tangannya, tidak percaya. Jessica menatap Eunhyuk lama, lalu ia memegang kedua tangan Eunhyuk erat.


“Oppa…”


“Eh… ya?” Eunhyuk jadi salah tingkah. Pipinya memerah.


“Maukah kau…” kata Jessica pelan, “Menjadi penggantinya?”


“Mwo??” Eunhyuk melongo tak percaya. Jessica mempererat pegangan tangannya pada Eunhyuk.


“Maukah kau menjadi obat untuk penderitaanku? Untuk rasa sakit hatiku?”


“Eh…” Eunhyuk memalingkan muka. Ia lalu teringat akan Jiyoon, pacarnya.


Ia kasar, ia pemaksa, dan aku tidak mencintainya. Aku tidak mencintainya! Batin Eunhyuk mantap.


“Iya… aku menerimanya.” Kata Eunhyuk, tersenyum. Jessica tersenyum, tangisnya terhenti. Jessica menghapus airmata di pipinya, dan berkata, “Terima kasih, oppa!”. Jessica bahkan tidak mengungkit-ungkit pacar Eunhyuk, Yoobin. Mereka menikmati Vanilla Latte bersama dengan riang pagi itu.


“E—Eunhyuk?” seseorang yang melihat pemandangan itu dari luar kafe berkata tak percaya. Tanpa ia sadari, setitik airmata menetes di kedua pipinya.


“Jiyoon…” seseorang lagi di sebelahnya menepuk pundak Jiyoon pelan. Ia juga tidak tahu harus berkata apa. Jiyoon menunduk, menutup mulutnya dengan tangan kanannya.


Mian, Eunhyuk… batin Donghae sambil terus menepuk pundak Jiyoon prihatin.


***


Eunhyuk…


Jiyoon duduk sendirian di taman yang luas itu. Tentu saja sepi, hari sudah malam. Jiyoon mengusap kedua pipinya pelan. Rambut pendeknya yang halus kini tampak sedikit berantakan. Ia mengebelakangkan poninya terus-terusan. Ia menunggu seseorang.


“Jiyoon?” kata Eunhyuk, menghampiri Jiyoon. “Menunggu lama?”


Jiyoon menatapnya lama. Ia berdiri berhadapan dengan Eunhyuk. Jarak antara keduanya amat dekat.


“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Eunhyuk heran. Atau jangan-jangan…


PLAKK! Jiyoon tidak berkata apa-apa. Ia hanya menampar dengan sangat, sangat keras pipi Eunhyuk.


“Jiyoon!?” seru Eunhyuk memegang pipi kanannya. Ia belum pernah merasakan tamparan sekeras ini dari pacarnya itu, sekejam apapun Jiyoon. Ia merasakan amarah yang teramat sangat dari tamparannya itu.


“EUNHYUUK!” Jiyoon memukul-mukul dada Eunhyuk marah. Bukan pukulan biasanya, kali ini pukulannya tampak seperti cewek biasa. Lemah. Mungkin ia sangat tertekan dengan keadaan ini, hingga membuatnya menjadi lemah.


“Hei! Hei!!” Eunhyuk segera mencengkeram kedua tangan Jiyoon. “Kau…”


“Apa yang kau lakukan di kafe tadi pagi!?” Teriak Jiyoon emosi. Ia terus-menerus berusaha melepaskan tangannya dari Eunhyuk, namun Eunhyuk tetap mencengkeramnya.


“Tadi pagi…” Eunhyuk tidak melanjutkan kata-katanya.


“Kau bersama Jessica, ya kan!? Itu kan jawabanmu!?” teriak Jiyoon lagi. Tangisnya bertambah deras. Ia tak bisa menahan semua beban yang ada di hatinya. Ia sudah tidak bisa menahan sesak di dadanya. Eunhyuk menunduk, ia melepaskan cengkeramannya pada Jiyoon.


“Jiyoon, mian…” kata Eunhyuk lemas, “Tapi aku tidak mencintaimu.”


JLEB! Dada Jiyoon bertambah sesak mendengar kalimat pendek itu.


“Kita putus.”


Eunhyuk lalu berjalan pergi menjauhi Jiyoon, meninggalkan angin malam membekukan hati Jiyoon.


***


Eunhyuk berjalan gontai menjauhi taman. Ia menoleh sekali lagi. Taman masih kelihatan dari sini. Jiyoon berdiri sendiri, menunduk, tangannya menutupi wajahnya. Sepertinya ia sedang menangis sesenggukan, tampak dari kedua bahunya yang bergerak naik-turun.


Eunhyuk mengeluarkan nafas panjang. Ia kembali menatap jalanan sepi. Ia telah memutuskan seorang cewek yang telah sebelas bulan lebih ia pacari, tanpa cinta. Ia telah menyakiti hati Jiyoon. Ia telah membuat Jeon Jiyoon, cewek tomboy yang tangguh, preman kampus yang ditakuti, meneteskan airmata kesedihannya. Sungguh kejam.


Eunhyuk lalu mengeluarkan sekotak rokok dari saku celananya. Eunhyuk tidak pernah merokok sebelumnya. Ia juga mengeluarkan korek api. Ia menyalakan api dari korek itu, lalu mengenakannya pada puntung rokok.


“Fiuuh…” ia menghisap rokok lalu menghempaskannya lewat mulut. Agak tidak menyenangkan baginya untuk merokok, namun ia menghisap sampai habis, untuk menghibur dirinya.


Niit niit! Telepon genggam Eunhyuk berbunyi. Ia mengeluarkan teleponnya dari saku celana yang satunya lagi, lalu membaca nama peneleponnya.


Jessica.


Eunhyuk mengangkat telepon dari pacar barunya itu. “Yoboseyo!” kata Eunhyuk, berusaha terdengar senang. Ia membuang puntung rokoknya ke jalan lalu menginjak-injaknya.


“Yoboseyo, jagiya!” Balas Jessica riang. “Oppa, kau ada dimana?”


“Aku…” jawab Eunhyuk, memandang sekeliling. Sepi. “Aku di rumah. Ada apa?”


“Oh… besok malam kencan yuk?” ajak Jessica tiba-tiba. Eunhyuk kaget.


“HAH!?”


“Loh? Apa itu salah, oppa?” tanya Jessica sedih.


“Eh, maaf! Aku kelepasan…” kata Eunhyuk sambil terus berjalan. “Iya, iya! Besok malam kan? Dimana?”


“Hmm…” Jessica berpikir sejenak. “Di bar, ya?”


Eunhyuk melongo. Ia kembali melihat layar teleponnya. Ini beneran Jessica, bukan sih!?


“Bar? Kau yakin? Apa tidak ada tempat lain?”


“Kau tidak mau ya?”


“Eh, tidak… tentu saja aku mau. Oke, aku setuju.” Kata Eunhyuk mengiyakan, sedikit ragu-ragu.


“Oke deh! Sampai besok malam ya! Besok aku tak akan masuk… Bye!”


“Bye…” dan sambungan telepon pun terputus.


***


“MWOO??” Donghae berseru tidak percaya. Mereka berdua sedang ada di kantin kampus yang masih agak sepi karena masih pagi.


“Sst!” Eunhyuk menutup mulut Donghae cepat. “Pelan-pelan aja kagetnya!”


“Iya deh…” Donghae terdiam. “Tapi kau benar-benar sudah pacaran sama Jessica??”


Eunhyuk menganggup senang. “Dan… sesuai anjuranmu, aku sudah memutuskan Jiyoon!”


Donghae melongo. “Jinjja?”


“Sumpah! Ah… sekarang aku sudah lega. Aku sudah tidak berhubungan dengan Jiyoon lagi, dan aku sudah mendapatkan cewek yang aku cintai!”


“Tapi, Hyuk…” Donghae berkata ragu-ragu, “Aku… curiga deh sama Jessica.”


“Hah? Curiga gimana?” Eunhyuk menoleh.


“Gimana ya… Aku cuma punya insting yang nggak enak sama Jessica. Kayak ada sesuatu yang… akan membahayakan kamu.”


“Maksud kamu apa sih?” tanya Eunhyuk kesal.


“Ya… aku cuma ngingetin kamu aja. Karena biasanya insting seorang sahabat selalu benar. Insting aku, Jessica itu… berbahaya.”


Eunhyuk berdiri, menghadap Donghae. “Tentu saja insting itu nggak akan berfungsi buat aku. Karena kamu bukan sahabat aku lagi sekarang.”


“Apa??”


“Aku tau. Kamu bilang gini karena cemburu kan?” Eunhyuk melipat tangannya, “Kamu pernah bilang kalo Jessica cantik, dan kamu pengen Jessica jadi milik kamu aja. Iya kan? Kamu gak suka aku sama Jessica pacaran. Jadi kamu berusaha mempengaruhi aku biar putus ama Jessica, dan kamu bisa nembak dia. Kamu… bukan sahabat aku lagi.”


“Hyuk!” Donghae berkata emosi. Ia berdiri, hendak menonjok Eunhyuk. Namun Eunhyk langsung menahannya dengan tangannya. “Kamu nggak bisa ngebodohin aku, Hae.”


Lalu Eunhyuk pergi meninggalkan Donghae yang emosi, keluar gerbang untuk membolos.


***


Jiyoon memegang sebuah bingkai foto kecil berwarna coklat. Di dalamnya terpajang foto dirinya dan mantan pacarnya, Eunhyuk. Jiyoon tampak sangat ceria, sedangkan Eunhyuk malah tampak kesal. Foto ini difoto oleh Donghae, saat mereka masih baru-baru pacaran.


Jiyoon mengangkat bingkai foto itu dari meja belajarnya, lalu mendekapnya dengan erat. Ia tak mengucapkan apa-apa. Matanya yang mulai membengkak meneteskan airmata lagi untuk yang kesekian kalinya. Ia tak tahu mengapa ia bisa mencintai pria bodoh seperti Eunhyuk. Walaupun Jiyoon kelihatan sangat tidak terurus, namun IQ-nya jauh lebih tinggi dibanding Eunhyuk.


Tok! Tok! Ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia segera mengusap airmatanya, meletakkan bingkai fotonya ke atas meja, lalu berkata, “Masuk!”


Pintu terbuka. Pembantunya masuk ke kamarnya. “Nona, ada yang ingin bertemu dengan nona…” lapornya.


Jiyoon bertanya, “Siapa?”


“Tidak tahu…”


Jiyoon lalu segera beranjak dari sofa dan pergi menuruni tangga menuju pintu depan. Ia lalu membuka pintunya.


“Donghae?” Di hadapannya Donghae menatapnya.


“Annyeong.” sapa Donghae pendek. Ia menatap kedua mata Jiyoon yang bengkak habis menangis semalaman. Sifat Jiyoon berbeda. Biasanya Jiyoon menyapanya duluan dan merangkulnya dengan paksa, namun sekarang tidak.


“Annyeong…” Jiyoon melambai kecil, berusaha tersenyum, “ Ada apa?”


“Eh, ini…” Donghae mengambil koran dari dalam tas kuliahnya, “Koran pagi.” katanya aneh.


“Hah? Ada apa dengan koran pagi?” tanya Jiyoon bingung.


“Maksudku isinya… ada berita yang tidak menyenangkan. Sepertinya berkaitan dengan…” Donghae tidak berani menyebutkan namanya, takut Jiyoon menangis lagi.


“Dengan siapa? Aku?”


“Bukan… Eunhyuk.” Jawab Donghae pelan.


Jiyoon hanya memandangnya tak percaya.


***

Fanfic PG-17 -- My Sassy Girl Part. 1

My Sassy Girl Part. 1

***

Seorang laki-laki yang berbaju biru itu berlari dengan tergesa-gesa, menyusuri setiap lorong-lorong kelas. Semua kelas di kampus itu sudah memulai jam pelajarannya, tidak terkecuali kelasnya. Lelaki itu selalu telat masuk, dan sering dihukum oleh dosennya. Sejak saat itu ia tidak mau telat lagi, tapi ia memang tidak bisa bangun pagi-pagi.

Akhirnya tibalah ia di kelas yang dituju. Pintunya tertutup rapat. Ia mengintip ke dalam kelas dari jendela. Dan Ternyata kelas sudah dimulai. Sang dosen sedang menerangkan pelajaran pada murid-muridnya. Hanya kursi miliknya yang kosong.

“Jiyoon! Jiyoon!” Ia memanggil-manggil pacarnya yang ada di dalam kelasnya dengan pelan sekali. Jiyoon tidak mendengar, tetapi ia menoleh untuk melihat sekeliling.

“Eunhyuk?” Jiyoon berkata pelan. “Cepat masuk!”

Mereka berkata tidak dengan suara, hanya dengan gerakan mulut. “Tidak bisa!” Eunhyuk menunjuk ke arah dosen yang sibuk menerangkan itu. Sebenarnya para murid tidak ada yang mempedulikannya.

“Oke, tunggu! Aku akan membuat dia keluar.” Jiyoon mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Itu adalah… telur?!

“Hah?” Eunhyuk melongo. Yang benar saja! Apa yang akan dilakukannya?

Jiyoon tersenyum jahil. Ia melempar telur ayam itu dengan keras ke kepala dosen itu. Murid lain yang melihatnya memandang dengan wajah kaget.

Jiyoon adalah cewek tomboy. Ia meraja di kelas ini. Semua murid, baik laki-laki maupun perempuan takut akan keganasannya. Jiyoon melotot pada murid-murid, menyuruh agar mereka pura-pura tidak tahu.

Dosen itu menoleh dengan lambat, sambil memegang kepala belakangnya yang terkena pecahan telur. Wajahnya menunjukkan amarah yang luarbiasa. Sekarang bukan hari ulang tahunnya, tentu saja.

“SS—SIAPA YANG MELAKUKAN INI!?” teriaknya. Mungkin seisi Kyunghee University bisa mendengarnya. Semua yang ada di kelas, kecuali Jiyoon, langsung menunduk takut.

Sang dosen ingin menuduh Jiyoon, tentu saja karena Jiyoon adalah murid paling badung dari semuanya. Tapi tidak ada yang melapor kalau itu perbuatannya, tidak ada bukti juga kalau Jiyoon yang melakukannya. Jiyoon sendiri hanya duduk bersantai, memandang dosennya dengan muka datar. “Eem, pak, mungkin anda harus ke toilet untuk membersihkannya.” nasihatnya sok polos.

Dengan mata terus tertuju pada Jiyoon, dosen itu membuka pintu kelas dengan kasar, dan berlari menuju toilet dengan cepat. Eunhyuk yang bersembunyi di balik tong sampah langsung keluar dengan girang dan masuk ke kelas, duduk di sebelah Jiyoon.

Jiyoon memandang wajah pacarnya, lalu ia tertawa terbahak-bahak. “Jagiya—kau lihat dosen itu tadi? Mukanya merah! Haha!”

“Jiyoon… kau seharusnya tidak usah melakukannya demi aku.” Kata Eunhyuk. Yang lain memandangnya.

“Kau harusnya berterima kasih padaku. Berterima kasihlah, cepat!” perintah Jiyoon menunjuk wajah Eunhyuk.

Aissh, cewek ini! batin Eunhyuk.

***

“Ya, mengapa kau selalu telat, hah? Adakah weker di rumahmu?” tanya Jiyoon di saat mereka berdua duduk di kantin yang luas itu. Eunhyuk menggerutu dalam hati.

“Ada, tetapi tidak pernah kupakai. Weker itu sudah lama rusak.” jawabnya. Jiyoon memesan satu mangkok mie ramen.

“Jagi, kenapa kau hanya memesan satu ramen?” tanya Eunhyuk. Biasanya Jiyoon memesankan dua sekaligus, untuknya dan Eunhyuk.

“Kau tidak boleh makan siang ini.”

“Mwo?”

“Itu hukuman dariku, karena telah telat masuk kuliah.”

“Tapi kan aku yang membayar ramen-ku sendiri!”

“JANGAN MEMBANTAH!” teriak Jiyoon, menggeplak kepala Eunhyuk. “Bisakah kau diam? Kau merusak selera makanku, kau tahu.” lanjutnya sambil memakan ramen-nya.

Eunhyuk hanya bisa diam, memegangi perutnya yang kelaparan dan kepalanya yang sakit sambil menatap Jiyoon yang sedang melahap ramen-nya.

“Apa lihat-lihat!?”

***

“Nah, ayo kita pulang.” Jiyoon berdiri dari kursi lalu merangkul pundak Eunhyuk. Eunhyuk daritadi hanya memasang tampang bete karena tidak bisa marah kepada Jiyoon.

“Yaa… jelek sekali kamu! Senyum!” perintah Jiyoon. Eunhyuk lalu memaksakan dirinya tersenyum. Malah terlihat seperti seringai.

“Jangan menyeringai!” Jiyoon membekap muka Eunhyuk dengan tangannya. “Sudahlah, kita pulang saja!”

Eunhyuk dan Jiyoon sedang berjalan keluar gerbang kuliah ketika seseorang menabrak Eunhyuk.

GUBRAKK! Eunhyuk terjatuh, rangkulan Jiyoon pun terlepas.

“Aduuh…” keluh Eunhyuk kesakitan, memegangi bagian tulang ekornya. Jiyoon yang melihatnya langsung memasang tampang marah. Ia lalu memarahi perempuan yang menjatuhkan Eunhyuk.

“YAH! Punya mata tidak sih?! Mau mati, hah!?” Jiyoon memegang tangan Eunhyuk lalu menariknya berdiri.

“Mianhae…” perempuan itu meminta maaf kepada Eunhyuk.

“Sudahlah, tidak apa—“ ucapan Eunhyuk terhenti ketika ia melihat wajah perempuan itu. Ya ampun! Apa dia malaikat yang diturunkan ke bumi untuk bersamaku? Batinnya terpana.

Perempuan itu memang cantik sekali. Rambutnya pirang, matanya hitam, bibirnya pink tipis, pipinya merah merona. Sempurna.

Eunhyuk segera melap tangannya di bajunya lalu mengulurkan tangannya pada perempuan itu. “Namamu siapa?”

“Jessica Jung.” Kata perempuan itu, membalas uluran tangan Eunhyuk. Ia tersenyum manis, membuat Eunhyuk mabuk. Tiba-tiba Jiyoon memutuskan jabatan tangan mereka dengan kasar.

“Eunhyuk, pulang!” seru Jiyoon. Ia mendelik pada Jessica, lalu menarik tangan Eunhyuk dengan kasar sementara Eunhyuk terus memandangi Jessica.

***
Esok Harinya…

Eunhyuk tidak telat hari ini. Ia berangkat jauh lebih pagi hari ini, karena sebuah alasan: ia ingin menemui Jessica. Ia berjalan melihat-lihat kelas lainnya, ditemani sahabatnya Donghae.

“Kau ini sebenarnya mencari siapa sih? Jiyoon kan belum masuk.”

“Ngapain aku mencari Jiyoon? Kurang kerjaan. Kalau ketemu nanti aku malah dipukul.” ujar Eunhyuk pelan sambil terus melihat ke dalam kelas-kelas. Donghae adalah tempat Eunhyuk bisa mencurahkan semua unek-uneknya tentang pacarnya itu. Hanya Donghae yang tahu perasaan Eunhyuk. Jiyoon saja tidak tahu.

“Kenapa kau tidak memutuskan Jiyoon saja sih? Cinta nggak akan bisa ngebalas hutang budi, Hyuk. Kenapa kamu nggak berterima kasih atas pertolongan dia waktu itu dan menyudahi hubungan ini aja?” tanya Donghae panjang lebar. Eunhyuk memang terpaksa memacari Jiyoon karena hutang budi pada Jiyoon.

Kejadian itu terjadi sebelas bulan yang lalu. Di malam hari yang gelap, mobil Eunhyuk yang dikendarai olehnya lepas kendali. Remnya blong, membuat ia dan mobilnya menabrak pohon besar di jalanan yang sepi. Kebetulan rumah Jiyoon dekat dengan tempat kejadian. Jiyoon mendengar suara tabrakan yang keras dari rumahnya. Ia keluar dari rumah dengan segera dan menyadari kalau yang kecelakaan itu adalah teman satu kampusnya. Ia lalu segera membawa Eunhyuk ke rumah sakit. Eunhyuk sangat berterima kasih, dan mengatakan akan melakukan apapun yang inginkan untuk menebus hutang budinya. Tidak tanggung-tanggung, Jiyoon meminta Eunhyuk menjadi pacarnya. Jadi Eunhyuk mau tidak mau harus menerima permintaannya. Satu bulan kemudian Eunhyuk baru mengetahui kelakuan Jiyoon.

”Mau diapain lagi, Hae? Aku nggak bisa begitu aja mutusin Jiyoon. Aku sangat, sangat berhutang budi sama dia. Aku hampir aja mati kalo nggak dengan cepat ditolong dia!” kata Eunhyuk pasrah, berhenti melihat kelas untuk berhadapan dengan Donghae.

Donghae menepuk pundaknya pelan beberapa kali. “Yang sabar aja ya.” Donghae berkata diikuti anggukan kecil Eunhyuk. “Eh, btw, kamu nyari siapa sih sebenernya?”

“Aku nyari cewek itu.” Kata Eunhyuk sambil nyengir senang. Donghae heran.

“Cewek itu? Siapa? Pacar baru kamu ya?” ia mengerutkan dahinya.

“Hehe, belum jadi pacar lah. Mungkin nanti. Hehe…” kekeh Eunhyuk. Ia melanjutkan, “Namanya Jessica Jung. Sumpah, dia cantik banget deh! Baik lagi.”

“Bener? Ketemu dimana?”

“Waktu kemarin aku ama Jiyoon lagi jalan keluar kampus, dia mau masuk kampus jadi aku ama dia tabrakan deh. Haha.” Eunhyuk mengingat-ingat kejadian menyenangkan itu.

“Wah, Hyuk, kamu kan udah punya Jiyoon! Masih nyari-nyari cewek aja. Jessica buat aku aja ya, hehehe…” kata Donghae mencari kesempatan, dibalas dengan pelototan dari Eunhyuk.

Tiba-tiba Donghae melihat seorang cewek keluar dari ruang kantor, tepat di belakang Eunhyuk.

“Eh Hyuk… gila, cantik banget itu cewek…” kata Donghae bersemangat.

“Mana? Mana?” Eunhyuk menoleh untuk melihatnya.

“Jessica?” Eunhyuk langsung bersemangat. Donghae memandang Eunhyuk. “Itu Jessica? Bener Hyuk, dia cantik banget!”

Eunhyuk langsung berjalan sok keren diikuti Donghae menghampiri Jessica.

“Jessica kan?” tanya Eunhyuk pura-pura rada nggak ingat. Padahal tadi malam ia terus memikirkan Jessica, sampai kebawa mimpi.

“Iya… kamu Eunhyuk, kan ya?”

“Iya… tapi aku belum bilang nama lengkapku.” Eunhyuk lalu mengelurkan tangannya, yang dibalas oleh Jessica. “Lee Hyukjae.”

“Nama yang keren,” pujinya. “Ada apa, menghampiriku?”

“Eh? Ehm…” Eunhyuk langsung bingung mau ngomong apa lagi. Dia kan sebenarnya cuma mau ngelihat wajah Jessica dari dekat saja.

“Ehm… aku mau minta maaf, kemarin Jiyoon marahin kamu habis-habisan. Padahal kan kamu nggak sepenuhnya salah. Kita berdua yang jalannya di tengah. Maafin pacar aku itu ya.”

“Iya, nggak apa-apa…” Jessica tersipu. “Eh… dia… pacar kamu ya?”

“Iya. Kenapa?”

“Oh… nggak kenapa-kenapa.” Jawab Jessica, sepertinya sedih mendengar kata “pacar”.

Hahaha… cemburu rupanya! Batin Eunhyuk senang.

Donghae yang sedang melihat sekeliling melihat pacar Eunhyuk, Jiyoon baru memasuki gerbang kuliah. Penampilannya seperti biasa, tomboy dan tidak menarik: Kaos polos berwarna putih, celana jins pensil yang bolong di kedua lututnya, sepatu kets berwarna hitam, dan topi hitam yang lusuh. Mukanya juga tidak didandani.

“Mwo??” Donghae berkata panik. Ia lalu berbisik pada Eunhyuk, “Jiyoon sudah masuk!”

Eunhyuk langsung panik. “Jessica… sampai ketemu lagi ya! Dah!” iya melambai pada Jessica yang kebingungan, lalu langsung berlari ke kelas ditemani Donghae, menjauh dari dekat gerbang.

“Eunhyuk!” dan langkah cepat Eunhyuk pun terhenti, begitu juga Donghae. “Donghae!” Jiyoon tersenyum manis lalu melangkah kecil ke arah Eunhyuk dan Donghae.

“Menungguku?” tanya Jiyoon senang sambil merangkul keduanya. Eunhyuk dan Donghae mengangguk kecil sambil meringis. “I-iya…”

“Baguslah. Ayo ke kantin! Kalian belum sarapan pagi kan? Hari ini aku yang traktir!” seru Jiyoon, sambil tetap merangkul Eunhyuk dan Donghae. Ia menyeret keduanya ke kantin.

Dari kejauhan, seseorang menatap pemandangan itu sambil mencibir.

***
Lanjutin beberapa hari lagi ya, lagi ngebet nih -_-